Bagi sebagian mahasiswa, semester 7 merupakan saat yang paling bahagia sekaligus mendebarkan. Kenapa? Bagi mahasiswa yang telah memasuki semester 7 akan bahagia karena semester depan akan lulus, mendebarkan karena semester depan itu pula mereka harus membuat skripsi/tugas akhir yang tidak lain membutuhkan kerja keras untuk menjamin kelulusan mereka.
Bagi sebagian mahasiswa yang lain, terutama yang kuliah sambil bekerja ataupun ada kegiatan lain di luar kampus maka bisa jadi semseter 7 atau 8 bukanlah semester terakhir mereka, yang artinya mereka harus menunda kebahagiaan untuk lulus. Kuliah bisa molor karena kesulitan membagi fokus antara pekerjaan dengan kuliah. Itulah jenjang kuliah, banyak pengalaman yang akan kita dapatkan saat duduk di bangku kuliah.
Jika ingin melatih kemandirian dalam belajar, maka jenjang kuliah adalah guru yang paling berharga. Tidak akan sama lagi dengan masa SMA, segala sesuatu tentang materi pelajaran masih diberikan dengan jelas dan detail oleh guru. Pada saat kuliah, tugas-tugas yang diberikan banyak yang tidak disampaikan dengan detail oleh dosen. Kebanyakan dosen hanya memberi garis besar apa saja yang harus dipelajari, untuk selebihnya kemandirian belajar dan ketekunan lah yang menuntun kita untuk lulus.
Dosen saya pernah mengatakan, kuliah itu tempat dimana anda menjalani kebebasan maksimal. Dengan kata lain, dalam perkuliahan kita bebas dalam memilih apa yang akan kita kerjakan dan kita dituntut untuk menggunakan pilihan dengan bijak. Apalagi jika tempat kuliah kita jauh dari kota tempat tinggal kita. Tentu akan lebih banyak lagi kebebasan yang kita dapatkan.
Kebebasan untuk memilih menjadi maksimal. Misalnya, pada saat kita ke kampus akan mengikuti suatu mata kuliah, di saat yang sama teman kita mengajak untuk jalan. Manakah yang akan kita pilih?
Menurut saya, keduanya mempunyai bobot yang sama selama kita bijak dalam menggunakan pilihan itu. Kuliah itu penting tapi jalan-jalan juga penting. Untuk mengambil sebuah keputusan, maka diperlukan analisis terhadap setiap pilihan. Analisis yang paling mudah adalah dengan bertanya pada diri sendiri. Tapi bukan berarti harus ngomong sendiri lho ya.. nanti dikira gila..
Misalnya dalam kasus tersebut, jika saya memilih ikut kuliah, apakah saya bisa mendapatkan ilmu yang saya inginkan? Bagaimana dengan dosennya? apakah banyak ilmu yang kita dapatkan dari beliau? Bagaimana suasana kelasnya? Apakah kondusif, tenang dan mendukung kita untuk belajar?
Jika saya tidak ikut kuliah, apakah saya otomatis tidak diluluskan?
Jika saya jalan-jalan, apakah untuk saat ini pikiran memang sedang benar-benar jenuh? Apa yang bisa saya dapatkan kalau saya ikut jalan-jalan? Bagaimana kondisi keuangan kita? dan lain sebagainya.
Setalah itu baru kita kalkulasi, mana yang lebih banyak positifnya. Lebih banyak sisi positif merupakan pilihan yang bijak. Akan tetapi mungkin banyak dari kita yang bertanya apabila kita memilih pilihan yang lebih banyak sisi negatifnya apakah salah?
Tidak ada salah ataupun benar dalam sebuah pilihan. Boleh saja kita memilih untuk melakukan hal yang lebih banyak sisi negatifnya, akan tetapi perlu diingat bahwa setiap pilihan mengandung konsekuensi dan resiko.
Kesimpulannya adalah kemandirian akan mendorong kita menghadapi lebih banyak pilihan, untuk memilih dengan bijak perlu melakukan analisis pengambilan keputusan. Memilih dengan bijak berarti menyandarkan pilihan kita kepada hal-hal yang positif. Hal-hal yang positif akan selalu membimbing kita dalam kebaikan. Meskipun kebaikan itu belum tentu benar, akan tetapi setidaknya dengan banyak hal positif, maka lingkungan kita jadi positif, pikiran kita jadi positif, teman-teman kita jadi positif dan akan lebih banyak sisi positif yang bisa kita dapatkan.
0 comments:
Post a Comment